Rabu, 22 Januari 2014

Terusir Dari Kampung Karna Dituduh Pengikut Aliran Sesat

Ataleb Hanafi (35 tahun) adalah seorang mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka. Ia mempunyai seorang isteri dan dua orang anak. Anak pertamanya sekarang sudah SMP, sementara anak keduanya baru berumur dua tahun. Ia adalah penduduk asli Desa Plimbang Bireun. Rumahnya 300 meter dari rumah Tgk. Ayyub. Saat peristiwa penyerangan Tgk. Ayyub oleh massa yang menganggap dia mengajarkan aliran sesat, Ataleb sedang mengambil air bersih dirumah Tgk. Ayyub.

“Setiap maghrib, saya mengambil air bersih di rumah Tengku, karena kondisi air bersih di rumah saya tidak bagus,” ujarnya.
Saat sedang mengambil air bersih, ia melihat massa mendatangi rumah Tengku. Awalnya ia tidak mempedulikan itu. Namun, ketika mendengar suara gedebam-gedebum di balai rumah Tgk. Ayyub, ia langsung melarikan diri menuju rumahnya.

“Saya ke rumah saya untuk berjaga-jaga, karena sebelumnya saya memang sempat mendengar bahwa akan ada 9 rumah yang dibakar karena dianggap pengikut Tgk. Ayyub,” pungkasnya. Beberapa orang massa sempat mendatangi rumahnya, namun mereka tidak melakukan apa apa.

Paska kejadian, ia sempat mengundang dua orang wartawan ke rumahnya untuk menceritakan peristiwa yang sesungguhnya. Salah satunya adalah wartawan sebuah koran ternama di Aceh, namun wartawan itu takut dan tidak berani memuat beritanya.

“Wartawan itu bilang, ini melawan masyarakat ramai, kami tidak berani memuat beritanya, nanti saya akan meminta tolong pada wartawan lain yang di Bireun untuk memuat berita bapak. Tapi, sampai sekarang, itu tidak terjadi,” ujarnya kecewa.

Kemudian, melihat kondisi kampung yang tidak aman buat dia, ia terpaksa meninggalkan kampungnya, karena takut akan keselamatan nyawanya. “Sekarang saya tinggal bersama saudara angkat saya, seorang anggota Polda Aceh di Banda Aceh,” tandasnya.

Saat ini, Ataleb kehilangan pekerjaanya sebagai tukang ojek (RBT) dan tidak bisa bercocok tanam lagi di kebunnya. Ia kini hanyalah seorang pengangguran. Untuk membiayai isteri dan anaknya, ia hanya berharap belas kasih dari saudara-saudaranya.

“Saya hanya bisa berkata sabar kepada anak isteri saya ketika mereka memerlukan uang. Anak saya terpaksa tidak sekolah kalau tidak ada uang untuk membeli buku dan pulpen. Jika teringat itu, saya menjadi sedih, karena tidak bisa melakukan apa-apa untuk menafkahi mereka.”

Paska kejadian, isteri dan anak-anaknya sekarang dimusuhi oleh orang di kampung. “Menurut teman-teman saya, orang kampong sering bilang kepada ibu dan isteri saya bahwa saya telah mati di hutan. Sedangkan anak saya dulu sering bertanya kepada isteri saya, di mana saya berada. Ia hanya menjawab bahwa ayah masih hidup dan sekarang sedang bersembunyi di hutan. Itu terjadi saat saya belum bisa berkomunikasi dengan keluarga saya.”

Ataleb adalah salah seorang korban yang terpaksa meninggalkan kampung halamannya, karena dianggap pengikut Tgk, Ayyub. Tgk, Ayyub bersama sepupunya meninggal diamuk massa pada 16 November 2012, sekitar pukul 9 malam di Desa Jamboe Dalam, Kecamatan Bireun. Saat itu, ribuan massa bersenjatakan parang, tombak dan batu mendatangi rumah Tgk. Ayyub Syakubat. Beliau dituduh telah mengajarkan aliran sesat.

Ataleb yang malang itu kini sangat rindu pada kampung halamannya. Ia berharap suatu saat ketika ia telah bisa kembali ke kampungnya, tidak ada lagi orang yang suka memfitnah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar