Selasa, 28 Januari 2014

Warga Parmalim Terpaksa Pilih Islam atau Kristen

Sudah 69 tahun lamanya Indonesia merdeka; sudah selama itu pula Undang-Undang Dasar kita menjamin kebebasan beragama; tapi sampai kini masih ada kelompok warga yang belum diberi kemerdekaan sepenuhnya dalam urusan agama. Satu dari sekian kelompok itu ialah para penganut Ugamo Malim — lebih dikenal sebagai Parmalim — yang oleh pemerintah tidak diakui sebagai agama resmi, melainkan aliran kepercayaan.

Memang mereka bebas menjalankan ritual agamanya. Namun saat berhadapan dengan aparat pemerintahan, mereka tidak merdeka. Contohnya saat mengurus surat-surat kependudukan, mereka terpaksa memilih agama lain — biasanya Islam atau Protestan. Tentu tak terbayangkan betapa sakitnya batin mereka karena harus membohongi nurani sebagai pengikut Parmalim.

Senin, 27 Januari 2014

Bermula dari lapangan bola, berujung pada tuduhan sesat

Di Desa Ujong Kareung Kecamatan Sawang Aceh Selatan, tepatnya diseberang markas militer Kompi Senapan C Yonif 115/ML, sebuah rumah tingkat dua yang belum selesai direnovasi berdiri. Didepan pagar rumah tersebut sebuah pamflet bertuliskan Fatwa Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh memutuskan ajaran Tgk Ahmad Barmawi sesat dan menyesatkan tertancap.

Rumah yang dulu ramai didatangi para santri untuk belajar Islam kini mulai sepi. Bersama seorang teman, saya mencoba memberanikan diri mengunjungi si empunya rumah. Saat memasuki rumah tersebut, kami disambut oleh seorang laki laki berbaju koko bewarna krem. Laki laki berkulit hitam manis dan berjenggot tipis itu adalah Tgk Ahmad Barmawi. Beliau mempersilahkan kami masuk kerumahnya. Didalam rumah, ada seorang wanita yang sedang mengayun seorang balita sambil menjaga seorang anak kecil yang sedang sakit. Di sudut lainnya terlihat tiga orang santri Tgk Barmawi.

Mari Mengenal Ajaran Parmalim (Sipelebegu)

Secara historis, religi Parmalim pertama kali diprakarsai oleh seorang datu bernama Guru Somaliang Pardede (Horsting 1914; Tichelman 1937; Helbig 1935), seorang yang sangat dekat dengan Sisingamangaraja XII (raja terakhir dari dinasti Sisingamangaraja). Menurut beberapa penulis Barat, ajaran ini dijalankan oleh para pengikut Sisingamangaraja (khususnya oleh dua orang pemimpin perangnya, Guru Somaliang dan Raja Mulia Naipospos), dengan tujuan untuk melindungi kepercayaan dan kebudayaan tradisional Batak Toba dari pengaruh Kristen, Islam, dan kolonialis Belanda (Sidjabat 1983:326).

Minggu, 26 Januari 2014

Arogansi razia penegakan syariah

Fs (30Th) dan Ys (29Th) adalah sepasang suami istri. Fs adalah pegawai BUMN sedangkan Ys adalah guru di sebuah Taman kanak kanak yang ada di kota Banda Aceh. Saat saya temui dirumahnya, Ys sedang menggosok pakaian sedangkan suaminya baru saja selesai membersihkan rumput di halaman rumahnya.

Kepada saya Ys bercerita (14/9/2013) bahwa pada tahun 2010 ia bersama suaminya hendak pergi berolah raga sore di lapangan Blang Padang Banda Aceh. Namun saat dalam perjalanan, tepatnya didepan Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh ia terkena razia penegakan syariah islam. Priittttttttt....suara pluit di tiupkan oleh salah seorang Polisi Syariah. Polisi tersebut kira kira berumur 40 tahunan dengan sedikit kumis dan jenggot.

Sabtu, 25 Januari 2014

Di Aceh Timur, Celana dan kaki perempuan 18 Tahun dikoyak dengan Pisau oleh oknum Keuchik

Zuraidah (18 th) adalah seorang gadis pendiam tamatan SMP. Penduduk kampung Tualang Idi Rayeuk Aceh Timur ini terlihat gelisah saat kami datangin. Jilbab biru yang melekat dikepalanya tak mampu menyembunyikan rasa takutnya. Rasa takutnya itu muncul akibat trauma atas kejadian yang dialaminya 21 Desember 2013 Silam.

Saat itu malam minggu, ia diajak seorang temannya kepasar malam didekat kampungnya. Mereka berdua berjalan kaki menuju lokasi, Namun dalam perjalanan temannya mengajaknya ia singgah diDesa Seuneubok Rambong.

Jumat, 24 Januari 2014

Ketika Kebebasan Beribadah menjadi terancam.

Nico Tarigan (38 Thn), berkulit putih adalah Ketua Yayasan Suara Kebenaran Internasional yang juga pastor dari Gereja Bethel Indonesia Sumatera Utara. Baru dua bulan menikah ia meninggalkan isterinya,hatinya tergerak untuk membantu Aceh ketika melihat dampak dari musibah Tsunami 24 Desember 2004. Saat itu sang isteri merelakan suaminya meninggalkannya demi sesuatu perbuatan yang mulia. Dua minggu setelah tsunami ia menuju Aceh. Kota tujuan utamanya adalah Banda Aceh. Banda Aceh adalah ibukota provinsi Aceh yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Namun perbedaan keyakinan itu tidak membuatnya surut untuk tidak membantu 

“Tuhan sangat menghormati Kemanusiaan, Tuhan akan hadir bersama kita ketika kita peduli pada kemanusiaan” Ujarnya

Di Banda Aceh ia melakukan kerja kerja kemanusiaan khususnya untuk para penyandang cacat dan pada saat emergency 3000 sak beras bantuan yang berasal dari Taiwan juga disalurkan kepada masyarakat korban tsunami.

Kamis, 23 Januari 2014

Ketika Pengeras Suara Masjid Berakibat Mudharat

Haji Sayed Hasan bin Sayed Abbas adalah seorang kakek yang berumur 75 tahun. Saat Banda Aceh diterjang tsunami yang sangat dahsyat pada 2004, ia kehilangan istri tercintanya. Sejak saat itu, ia tinggal hanya bersama seorang anaknya. Rumahnya berada sekitar 10 meter dari masjid Al Muchsinin, Gampong Jawa, Kecamatan Kutara Raja, Banda Aceh. Tahun 2010, di usia yang sudah senja itu, ia mengalami sakit jantung koroner. Dokter menyarankan ia untuk banyak istirahat.

Demi kesehatannya, ia mengikuti saran dokter. Saat bulan ramadhan, pengeras suara masjid sangat keras volumenya dan hal itu membuat dia menjadi sulit tidur. Ia sempat berpikir mungkin ini hanya sesaat, tapi pengeras suara itu ternyata terus hidup dari menjelang shalat taraweh hingga pukul 4 dini hari. Dan hal itu terus berlangsung selama bulan Ramadhan.

Rabu, 22 Januari 2014

Terusir Dari Kampung Karna Dituduh Pengikut Aliran Sesat

Ataleb Hanafi (35 tahun) adalah seorang mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka. Ia mempunyai seorang isteri dan dua orang anak. Anak pertamanya sekarang sudah SMP, sementara anak keduanya baru berumur dua tahun. Ia adalah penduduk asli Desa Plimbang Bireun. Rumahnya 300 meter dari rumah Tgk. Ayyub. Saat peristiwa penyerangan Tgk. Ayyub oleh massa yang menganggap dia mengajarkan aliran sesat, Ataleb sedang mengambil air bersih dirumah Tgk. Ayyub.

“Setiap maghrib, saya mengambil air bersih di rumah Tengku, karena kondisi air bersih di rumah saya tidak bagus,” ujarnya.

Selasa, 21 Januari 2014

Tetes air mata janda korban tuduhan sesat

Wardiah, perempuan muda itu sedang mengasuh anaknya yang paling kecil saat ditemui, di sebuah kampung yang masih dipenuhi hutan belantara, di daerah Aceh Besar. Bersama ketiga anaknya, saat ini ia tinggal menumpang di rumah abangnya. Sudah tujuh bulan ia menetap di desa tersebut.

Namun, sesekali ia menitikkan air matanya, ketika anaknya yang berusia dua tahun memanggil abangnya dengan panggilan ayah. “Dia tidak tahu, itu adalah abang dari ibunya. Dia mengira itu ayahnya,” kata Wardiah sambil mengusap air matanya.

Senin, 20 Januari 2014

Wakil Walikota Banda Aceh halalkan darah para orang yang pengikut aliran sesat

Wakil Walikota Banda Aceh halalkan darah para orang yang pengikut aliran sesat. hal ini disampaikan beliau pada aksi demonstrasi yang diikuti walikota dan wakil walikota Banda Aceh di gedung DPR Aceh

Intoleransi, Berarti Melawan Perintah Tuhan

Kondisi keberagamaan di Aceh akhir-akhir ini tercoreng oleh sekelompok masyarakat yang enggan menerima perbedaan. Disisi lain, Pemerintah yang seharusnya menjadi perisai bagi kenyamanan dan keamanan segenap warganya. sayangnya kini tak lagi mampu menjawabnya dengan bijaksana dan adil.


Tak jarang bahkan Pemerintah, berikut aparat dan komponennya, ‘berselingkuh’ dengan para kelompok intoleran dan melakukan tindakan diskriminasi kepada kelompok minoritas tertentu.


Tentu hal ini sangat miris ketika sekelompok orang intoleran memaksa kelompok lainnya untuk menjadi seragam, padahal jelas – jelas Tuhan sangat menghargai perbedaan.

“Seandainya Tuhanmu menghendaki, tentu berimanlah semua orang di muka bumi, tanpa kecuali. Apakah engkau (hai Muhammad) akan memaksa umat manusia sehingga mereka menjadi beriman ? Tiadalah seseorang beriman melainkan dengan izin Allah….” demikian pernyataan Tuhan dalam salah satu ayatnya (Q.S. 10 : 99-100).

Ayat itu sangat jelas pesannya bahwa tuhan sangat menghargai perbedaan. Semestinya sebagai manusia yang memanusiakan manusia kita harus memulai membiasakan diri menghargai perbedaan. Mengapa ? Karena perbedaan adalah sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. Perbedaan adalah kehendak dan pilihan Tuhan.

Selain itu pada Al-Quran Surah Yunus : 40-41 juga makin memperjelas perintah tuhan pada kita tentang perbedaan.

“Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Quran, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.jika mereka mendustakan kamu, Maka Katakanlah: “Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan”.

“Bagiku pekerjaanku bagi kamu pekerjaan kamu”, bahwa Islam sangat menghargai perbedaan-perbedaan diantara manusia, karena masing-masing punya hak. Dan tidak boleh memaksakan orang lain .Yakni biarlah kita berpisah secara baik-baik dan masing-masing akan dinilai Allah serta diberi balasan dan ganjaran yang sesuai.

Itu adalah contoh perbedaan pada tingkat keyakinan. Sedangkan pada perbedaan yang lebih konkret lagi ? Tentu, prinsipnya tidak akan jauh berbeda. Perbedaan adalah sebuah keniscayaan. Perbedaan itu harus ada ? Karena itulah yang menjadi dasar adanya alam semesta, termasuk diri kita sebagai manusia. Perbedaan telah ada sejak pada tingkat mikro, yaitu unsur pembentuk seluruh materi alam semesta, termasuk diri kita.

Bayangkan, andai seluruh unsur materi itu semuanya sama, maka semesta ini hanyalah berupa hamparan luas energi semata yang tak berbentuk apapun. Tidak akan pernah ada, yang namanya bintang, matahari, planet, bumi, bulan, air, udara, tanah, dan tidak akan pernah ada diri kita sebagai manusia.

Tuhan pun menghendaki adanya perbedaan. Pada tingkat mikro atomik, lahirlah partikel berbeda yang kita kenal dengan proton dan elektron sebagai unsur pembentuk dasar adanya atom yang berbeda-beda, seperti Carbon, Hidrogen, Oksigen, Aurum, Uranium, dan lain-lain. Dari rangkaian atom inilah, kemudian muncul adanya molekul sebagai zat unsur pembentuk materi, yang bersifat benda fisik. Ada yang berupa benda padat, cair atau gas. Dan, dari unsur-unsur yang berbeda inilah, kehidupan itu terbentuk, antara lain berupa tumbuhan, hewan dan diri kita sebagai manusia.

“Tuhan menciptakan seluruh isi alam semesta ini dari zat yang satu, kemudian berkembanglah menjadi sekian banyak perbedaan…”

Perbedaan adalah sebuah kenyataan, dan inilah pilihan Tuhan. Karena ada perbedaan, maka ada kehidupan. Maka, hargailah perbedaan. Karena, hal itu berarti kita menghargai kehidupan. Termasuk pula, berarti kita menghargai atas kehidupan diri kita sendiri.

Maka, mari kita wujudkan peradaban, dimana manusia saling mencintai, saling mengerti dan saling menghidupi. Karena persaudaraan kemanusiaan merupakan puncak dari persaudaraan. (doy)

Razia Syariat Kok Main Pukul

BANDA ACEH | ACEHKITA.tv — Razia gabungan yang dilakukan petugas Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah Aceh pada Jumat (20/7) dinihari sempat diwarnai aksi pemukulan dan pelecehan. Insiden itu terjadi saat petugas menggerebek sebuah rumah sewaan di kawasan Seutui, Banda Aceh. [Maimun/ACEHKITA.tv]

Minggu, 19 Januari 2014

Suasana Perayaan Tahun Baru 2014 di Banda Aceh

Pemerintah Kota Banda Aceh Melarang warganya merayakan Tahun Baru 2014. 150 Polisi Syariah diturunkan untuk mencegah perayaan tersebut 1/1/2014. Namun warga tidak mengubris, perlawanan terhadap pengekangan hak sipil tetap berlangsung. Ledakan kembang api sebagai simbol perlawanan tetap menghiasi kota banda Aceh. satu orang masyarakat di tangkap, tepuk tangan masyarakat tanda penghormatan kepada sang pembakar kembang ap i bergemuruh

Penyerangan Pesantren yang dituduh Aliran Sesat di Aceh [tv one]

Penyerangan Pesantren Aliran Sesat di Aceh